Halaman

Minggu, 06 November 2011

Persaudaraan Antara Maroko dan Indonesia, kan Tetap Mesra Sepanjang Masa



Persaudaraan Antara Maroko dan Indonesia Kan Tetap Mesra Sepanjang Masa

Oleh: Aros Djoangkoe           

                                         



Sungguh tidak mungkin suatu negara dapat melanggengkan eksistensinya tanpa membuka diri dengan negara lain, sekalipun negara tersebut kaya raya. Pun sudah menjadi sunatulloh (hukum alam) kalaulah Gusti Alloh S.W.T. mencipta berbagai negara, kodratnya tidak lain agar saling berbagi tangan dalam  merampungkan berbagai  urusan secara bersama-sama. Dengan begitu, segala yang ada di daftar kebutuhan masing-masing negarapun dapat kecukupan.
Malah, yang lebih urgent lagi dari hal di atas tadi yaitu harapan akan  terrajutnya tali persaudaraan benar-benar  terwujud secara nyata. Antara satu negara dengan negara yang lainnyapun akan terikat simpati. Kelak, bukan lagi hal yang mustahil bagi masyarakat dunia untuk hidup berdampingan secara damai.Dan karena itulah, kepercayaan akan dihadirkan dalam setiap kerja sama yang disusun. Tidak perlu lagi ada prasangka, atau semacam mengorek-orek kekurangan negara lain,pengiriman intel/ mata-mata, dll.
 Berdasarkan hal itu, hubungan bilateral antara Kerajaan Maroko dan Republik Indonesia patut diacungi jempol. Maroko ada di Afrika Utara, sedangkan Indonesia di Asia Tenggara. Akan tetapi, jarak yang sejauh sepertiga lingkar dunia itu gagal menyurutkan persahabatan –lebih tepatnya; persaudaraan—antara kedua negara tersebut. Persaudaraan tetaplah mesra. Malah, secara terang-terangan Maroko, negara tempat matahari terbenam itu (Magribi) biasa menyebut Indonesia dengan sebutan As-Saqiq, yang artinya Saudara Kandung. Tentu sebutan itu bukan sekedar propaganda.
Dari dulu hingga hari sekarang ini, persaudaraan antara Maroko dan Indonesia tidak ditemukan adanya cacat sedikitpun. Subhanalloh...
Awal mulanya, pada pertengahan abad ke-14, Ibnu Batutah, seorang musyafir/ penjelajah yang mashur asal Maroko menginjakkan kakinya di Nusantara. Beliau berhasil berlabuh di Samudra Pasai, Aceh. Beliaupun mencatat Samudra Pasai sebagai pelabuhan yang sangat penting dalam transaksi perdagangan dunia, seperti Tiongkok, India, dan wilayah lain di Nusantara.
Kunjungan dilanjutkan kloter ke-2 oleh Maulana Malik Ibrahim pada awal abad ke-16. Karena berasal dari Maroko, beliau lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Magribi. Disamping maksud kedatangannya untuk bekerja sama dalam urusan perdagangan, rupa-rupanya beliau diboncengi msi dakwah.  Dengan kerja kerasnya, Ia mampu menyebarluaskan Islam ke penjuru Nusantara, khususnya Jawa. Oleh karena itulah, Syaikh Magribi merupakan wali songo yang pertama.
Sungguh, pada masa tersebut, Maroko memiliki peran yang besar terhadap peradaban (Islam) di Indonesia. Kita sebagai penduduk Indonesia, sangatlah berhutang budi atas bangsa Maroko, karena merekalah yang membawakan kepada kita sebuah pencerahan akan kebenaran Illahi, tidak lain berupa Islam rahmatan lil ‘alamin
Kemudian, legalnya dipraktekkan sendiri oleh Presiden Soekarno 51 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 2 Mei 1960, beliau bersilaturahmi ke Maroko dan bertatap muka secara langsung dengan Raja Muhamad V yang masa itu masih memerintah. Pada masa tersebut, Soekarno-lah presiden pertama yang mau menyempatkan diri untuk mengunjungi Kerajaan Maroko. Di sanapun, Presiden Soekarno berjabatbaik lahir batin dengan Raja Muhamad V beserta seluruh rakyatnya.
Sejak awal, Maroko sangat mengagumi Indonesia. Raja Muhamad V juga menganugerahkan bintang mahkota kepada Presiden Soekarno, sebab Ia menganggap Indonesia (di bawah pimpinan Soekarno) sebagai negara terdepan yang mengusung semangat revolusi. Utamanya terkait Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 di Bandung. Nyata-nyata Indonesia mampu mendorong dan terus menyemangati negara-negara terjajah, terlebih di kawasan Asia-Afrika untuk hidup berdaulat penuh. Karena itu pulalah, setahun setelah KAA, tepatnya pada tanggal 2 Maret 1956, perjuangan rakyat Maroko berhasil mengantongi kemerdekaan dari kolonial Prancis.
Bentang sejarah yang membekas kesan mendalam bagi kedua negara itu tidak akan pernah bisa terlupakan. Apalagi kenang-kenangan sejarah sudah didokumentasikanmelalui penamaan Jalan (Rue) Soekarno dan Roe Bandung di Kota Rabat, ibu kota Maroko sendiri. Sedangkan Casablanka, sebuah pelabuhan sekaligus pusat perdagangan di Maroko juga sudah dipatri menjadi nama jalan di Jakarta.
Didirikan pula Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Agdal. –Sekarang sudah dipindah ke Rabat.—Ditambah lagi dengan pembebasan visa lintas Maroko-Indonesia yang sampai hari sekarang ini masih bisa kita rasakan.
Kepemimpinan Kerajaan Maroko kini sudah diwariskan kepada Raja Mohamad VI dan Indonesia juga sudah dipegang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.    Kepercayaan yang sudah ditanamkan sejak dulu itu, walaupun kepemimpinan sudah beralih tangan, tetap saja terus dipelihara dan tidak ada lunturnya. Malah kepercayaan tersebut telah melahirkan kerja sama mutualisme, saling menguntungkan. Kerja sama tersebut telah merambah di berbahai ranah, seperti ranah keagamaan, politik, hukum, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dll.
Kita mengetahui, basis persamaan antara Maroko dan Indonesia, utamanya perihal agama. Di mata dunia, populasi penduduk Indonesia diakui menyumbangkan jumlah penganut Islam terbesar. Sedangkan Maroko malah sebagai Kerajaan berhalauan Agama Islam. Keadaan tersebut menunjang adanya kerja sam yang lebih perihal persatuan negara-negara Islam (OKI), terorisme, islamophobia, Pendakwahan Agama Islam, dll.
Seperti apa yang dikata Presiden Dewan Konstitusi Maroko, Mohamad  Achargue, bahwa Maroko sebagai kerajaan konstitusional sebenarnya ingin belajar banyak mengenai sistem demokrasi di Indonesia, termasuk megenai pemilu dan sengketa parlemen. Indonesia dianggapnya mampu mengsinergikan antara demokrasi, islam, dan modernisasi.
 Disepakati pula Memorandum of Understanding (MoU) antara  Ketua MK, Mahfud MD dengan Presiden Dewan Konstitusi Maroko, Mohamad Achargue. Isi MoU diantaranya mencangkup pengembangan program MK, saling memberi masukan, pertukaran informasi mengenai sistem dan administrasi peradilan, dll.
Sedangkan di ranah ekonomi, hubungan bilateral terjadi dikarenakan Indonesia membutuhkan fosfat dan asam fosfat dari Maroko untuk pembuatan pupuk, sedangkan Maroko juga sangat membutuhkan produk-produk Indonoseia, seperti makanan, minuman, kopi, rempah-rempah, kerajinan kaca, TV, radio, minyak kelapa sawit, tekstil, dll.
Di samping hubungan ekspor-impor di atas, Maroko dengan senang hati menawarkan diri sebagai pintu masuk Indonesia agar dapat memasarkan produk-produknya lebih luas, mencangkup negara-negara Uni Eropa, As, Turki, Jordania, Tunisia, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Artinya, Maroko hanya bermaksud menjembatani hubungan ekonomi antara Indonesia dengan pihak ke-dua, atau istilah gampangnya mejadi makelar. Hal itu mengingat Maroko sudah menyepakati perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara tersebut, sedangkan Indonesia belum. Sekarang, tinggal bagaimana Indonesia menanggapi dan memanfaatkan kebaikan dari Maroko.
          Sedangkan di ranah pendidikan sendiri, juga sudah tercapai MoU yang berisi pemberian beasiswa penuh bagi 15 pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studinya ke Maroko. Beasiswa tadi ditawarkan oleh AMCI (agen kerja sama internasional Maroko) melalui Departemen Agama. Dan masih ada lagi beasiswa atas permintaan PBNU yang dikhususkan bagi putra-putri PBNU sebanyak 10-15 pelajar. Beasiswa yang ini di bawah pengawasan Kementrian Wakaf dan Urusan Keislaman Maroko, dan dikhususkan di Universitas Qarawiyyin dan Pendidikan Tradisional di Masjid Qarawiyyin.
Selain itu, sebenarnya antara Maroko dan Indonesia sudah terjalin kerja sama pendidikan antar universitas (U to U), kerja sama penelitian, pameran pendidikan, pelatihan, seminar, simposium dan workshop, layanan informasi tentang pendidikan melalui kedubes beserta website-nya, pendirian kantor Education Center, dan masih banyak lagi. Termasuk dalam hal ini, tercatat pada tahun 2009, Indonesia menyumbangkan media pembelajaran berwujud 41 ekor kupu-kupu langka yang telah diawetkan dan 15 jilid Tafsir Al Misbah karya Prof. DR. M. Quraish Shihab, ulama kontemporer asal Indonesia.
Yang paling unik yaitu diranah kebudayaan, tatkala bapak-ibu yang berkantor di KBRI saling bahu membahu demi nyengkuyung hajatan Festifal Teatre International untuk Pemuda XI di Taza, Maroko, termasuk diantaranya duta besar negara kita, Tosari Wijaja. Mereka lihai sekali dalam menyuguhkan sendratari Ramayana yang diimprovisasi sendiri dan menggunakan bahasa Arab. Selain itu, didukung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, negara kita juga turut berpartisipasi pada Festifal Music International. Wakil dari Indonesi Syubbanul a, Akhyar asal Cirebon, berhasil membawakan Musik Maramisyang segar dan nikmat untuk diresapi.
 Persaudaraan antara Maroko dan Indonesia Kan terap abadi sepanjang masa. Harapannya, hubungan bilateral ini dapatlah menjadi teladan bagi negara-negara lain agar saling percaya, beresama-sama hidup di bawah payung kekeluargaan, dan berdampingan secara akur/ rukun. Jadi, tidak perlu ada buruk sangka, pelanggaran HAM, kriminal lintas negara (penyelundupan manusia dan pengedaran narkoba) terorisme, dan  perang. Sungguh, bukan suatu hal yang mustahil bagi masyarakat dunia untuk dapat hidup secara damai.




Daftar Pustaka:
http://el-hilaly.blogspot.com/2011/02/maroko-negeri-matahari-terbenam.html
http://el-hilaly.blogspot.com/2011/02/kota-kota-di-maroko-dan-sejarahnya.html
https://izaskia.wordpress.com/tag/pendidikan-di-maroko/#_ftn6
http://pewarta-indonesia.com/kolom-pewarta/indonesia-maroko/5400-indonesia-a-maroko-2-negara-berpengaruh-di-masa-depan-55m.html
http://archive.kaskus.us/thread/3948350                   









Data Diri

Nama                           : Ahmad Pujianto
Sekolah                                    : SMA N 1 Muntilan
Kelas                           : XI IPA 4
Alamat Sekolah                        : Jalan  Ngadiretno No. 1 Muntilan, Kab. Magelang,
                                       Telepon: (0293)587267, Kode Pos: 56413
Alamat rumah              : Soko II, Sokorini,  Muntilan, Kab. Magelang
Email/ Fb                     : salamBIGAR11@gmail.com
No. HP                         : (0293)9126293 / 081804342237


Paculah Kuda Kita, Selamatkanlah Bumi Kita!


Paculah Kuda Kita, Selamatkanlah Bumi Kita!
 Oleh: Aros Djoangkoe


Dan (Dia telah menciptakan) kuda,  bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. ( An Nahl 8 )

Bukan opini lagi jika akhir-akhir ini bumi sedang dalam keadaan memanas. Itu global warming; isu yang malah sudah tidak nge-tren lagi. Tetapi masih saja terasa sekali  dampaknya yang luar biasa itu sampai hari ini. Dan belum ada yang berhasil menyelesaikannya.
 Latar belakang  dari semua ini yaitu karena adanya gas-gas rumah kaca yang berlebihan di bumi, seperti uap air, karbon dioksida, dan metana. Gas-gas tadi memenjarakan panas matahari. Kemudian panas tersebut akan selalu menetap di bumi dikarenakan gagal pindah ke angkasa luar. Alhasil, seiring berjalannya waktu maka suhu di muka bumi semakin berjalan meningkat. Nyatanya memang suhu rata-rata selama seratus tahun terakhir ini telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) .
Ini lebih hebat  daripada  rasa gerah yang kita derita  sekarang ini, sebab di bumi kita sedang berlangsung fenomena dahsyat. Kenaikan suhu mampu menimbulkan iklim yang abnormal dan tidak stabil, pun kutub utara sedang giat  mencair, muka air laut juga meningkat. Dampak sambungannya muncullah berbagai jenis penyakit, dan ada gangguan biotik karena adaptasi flora dan fauna yang tidak berhasil, dan lain-lain.
Kita manusia, tidak sedang hidup di dunia hampa. Ini bumi, tempat kita berdiam diri. Antara kita dan lingkungan alam dikaitkan suatu tali yang memberikan hubungan timbal balik. Kita memang tidak bisa hidup tanpa kehadiran alam. Logisnya, jika bumi menderita sakit, maka kita pasti akan merasakannya juga. Jika kita menganggap masa bodoh soal global warming, tentu saja manusia bumi akan digiring menuju kematiannya. Kalau sudah begini, kita jangan bicara lagi soal eksistensi manusia sebagai makhluk bumi.
 Oleh karena itu, tidak boleh jika kita hanya diam berpangku tangan dan pasrah  saja, apalagi malah ditambahi dengan tindakan merusak!


#       #       #


Mengenai gas-gas rumah kaca tadi, sumber utamanya tidak lain karena konsumsi bahan bakar fosil.  Bahan bakar fosil diantaranya bensin, solar, premium, pertamax, parafin, aspal, dan lain-lain. Jika kita berbicara mengenai bahan bakar fosil, secara otomatis pikiran kita pasti akan tertuju pada sektor transportasi, yaitu penggunaan kendaraan bermotor. Memang benar, kendaraan  bermotor (sepeda motor, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain) memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil. Tanpa bahan bakar fosil, ya kendaraan tersebut tidak bisa dijalankan.
Hendaknya mari kita coba sejenak mengarahkan pandang kita ke jalanan. Di sana ada banyak sekali kendaraan berseliweran..
Angkutan umum sendiri selama ini merupakan cara yang strategis dalam rangka menghemat bahan bakar fosil. Seharusnya hal ini perlu didukung dengan mendayagunakannya.
Selama ini penulis biasa naik angkutan umum ketika hendak menggapai sekolah. Dari sanalah penulis banyak berdialog dengan sopir, kondektur, dan penggujna jalan lainnya. Sepanjang dialog, utamanya penulis mengarahkannya untuk berbicara babagan siang yang panas, ramainya jalan dengan kendaraan bermotor yang melimpah ruah, tarif angkutan umum, jumlah penumpang, anak-anak sekolah, dan lain-lain.
Keluhan yang datang dari sopir dan kondektur bahwa setiap harinya mereka menderita kesepian karena sedikitnya penumpang. Pun mereka harus membayar sewa mobil, makan, mencukupi kebutuhan, dan menghidupi keluarganya. Alhamdulillah jika bisa pas-pasan. Semua ini disebabkan karena kebanyakan penumpang kini beralih dengan kendaraan pribadi. Karenanya  jalanan (di kota-kota) sampai bisa terjadi kemacetan  panjang. Dan membludak. Sepeda motor dan mobil pribadi luber memenuhi jalanan.
Dengan pengamatan kasarpun, sepeda motorlah yang paling berkuasa jumlahnya di negara kita, Indonesia. Fakta membuktikan bahwa di Jakarta –sebagai tolak ukur- tahun ini jumlah kendaraan yang ada, mencapai 11.362.396 unit kendaraan. Terdiri dari 8.244.346 unit kendaraan roda dua dan 3.118.050 unit kendaraan roda empat.Keinginan warga Jakarta untuk membeli kendaraan bermotor diprediksi akan meningkat pada tahun 2011 (data dari Polda Metro Jaya). Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan pakar transportasi ITS Surabaya, Hitapriya Suprayitno, diperkirakan jumlah kepemilikan sepeda motor akan semakin meningkat setiap tahunnya. Distribusi sepeda motor tak pernah mengenal kata krisis, bahkan menurut survei komisi kepolisian Indonesia pada tahun 1998 ketika pasar otomotif terpuruk akibat krisis moneter, pasar sepeda motor tetap tumbuh. Rata – rata pertambahan sepeda motor di Indonesia mencapai 5 juta unit per tahunnya. Astaga!
Berbagai faktor mudahnya penyebaran sepeda motor yaitu karena tuntutan kebutuhan, angkutan umum kini kurang diminati, hanya untuk jalan-jalan, atau sekedar bergaya (gengsi). Faktor luar berupa pabrik-pabrik otomotif yang selalu mengeluarkan inovasi baru, promosi dan diskon besar-besaran, serta dengan harga  yang semakin menggiurkan. Hal itulah yang kini menjadikan sepeda motor diproduksi secara besar-besaran.
Sepeda motor memang sudah menjadi barang umum. Malah anak-anak mudalah yang biasa menggunakannya –entah untuk apa-, dan banyak dari mereka ngebut, menyalib sembarangan di jalanan, main balap juga, tidak memakai helm, bahkan masih ada banyak yang belum memegang SIM, dan lain-lain. Itu sangat berbahaya. Tidak diherankan kalau sektor transportasi lah yang menjadi rangking pertama penyebab kecelakaan. Seperti ucapan  penulis buku 'Hiruk Pikuk Bersepeda Motor, Edo Rusyanto di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (12/1/2011). “Kecelakaan di sepeda motor makin menggila, dan telah menimbulkan banyak korban. Korban kecelakan lalu lintas di tahun 2009 ada 18 ribu korban jiwa. Meski di tahun 2010 polisi mengklaim angka itu menurun menjadi 10 ribu."
Segala polemik pada sektor transportasi seperti yang diuraikan tadi bahwa     --dengan kata lain-- kita sedang mencekik diri sendiri!

#       #       #
.  .
  .
Urusan global warming, gas-gas rumah kaca, sampai perihal sepeda motor memang sangatlah rumit. Kita memerlukan kendaraan (sepeda motor), tetapi di sisi lain keperluan kita itu dapat melahirkan global warming. Kita juga tidak boleh jika hanya pasrah dan diam saja menunggu panas merajai kita. Sudah seharusnya kita kembali ke alam; hidup berdampingan dengan lingkungan dan tanpa  ada gangguan kesenjangan.
Cobalah kita refresh lalu buka mata selebar-lebarnya…! Ehm. Kita mengenal KUDA, bukan? K-U-D-A. Itulah energi gerak yang alami.
Selama ini, kuda lebih dikenal sebagai alat transportasi kuno (baca: tradisional). Menurut penemuan terbaru oleh Jurnal Ilmu Pengetahuan Internasional, kuda sudah dimanfaatkan manusia sejak 5500 tahun lalu. Hal itu diketahui dengan ditemukannya ukiran batu di negara Kazakhstan. Sedangkan di Romawi, ada patung kuda sebagai simbol kejayaan. Dengan memanfaatkan kuda, masyarakat zaman dahulu bisa berkeliling ke daerah lain untuk menyebarkan budayanya dan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh atau hewan buas. Alat transportasi tradisional lain yang kita kenal seperti unta, gajah, bagal, keledai, dll. Ada lagi sepeda onthel, becak, gerobak, andong, dokar, dan lain-lain.
Kuda memiliki tubuh yang kekar, kuat, besar, dan tinggi. Berkaki empat. Rambut panjangnya ada di bagian belakang kepala dan turun sampai leher. Hewan ini juga memiliki ekor yang panjang. Kebiasaannya mengendus dan sesekali mengeluarkan bekernya  mencerminkan kegagahan.
Pada masa sekarang, turunan (evolusi) dari Eohippus ini semakin langka dimakan modernisasi. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, kuda ini sudah dipensiunkan kerjanya, diganti dengan adanya kendaraan bermotor (yang sudah kita bahas di atas tadi). Padahal, kuda sangatlah ramah lingkungan, alami.
Kita tentu mengetahui, kuda merupakan hewan herbivora sehingga hanya butuh rumput untuk konsumsi setiap harinya. Tidak perlu bahan  bakar fosil lagi. Mengenai sampahnya, itu sepenuhnya merupakan zat sisa organik sehingga kita bisa juga  mengolahnya menjadi pupuk kandang atau biogas.
Sedang kita juga mengetahui, Indonesia merupakan negara tropis sehingga rumput mudah di dapat di sini.Tidak perlu mengeluarkan kocek lagi. (Kalau pun  membeli harganya juga cukup terjangkau oleh kantong kita.) Mengenai harga kuda sendiri, kita akan lebih hemat  5 kali daripada membeli sepeda motor.
Penulis pernah mewawancarai Mas Guris, pengemudi andong di Desa Sokorini, Kec.Muntilan, Kab. Magelang. Katanya, kuda mulai boleh diperkerjakan jika sudah mencukupi sekitar dua tahun umurnya, dan harus dibebastugaskan jika sudah mencapai umur lima belas tahunan.Dua belas tahun merupakan waktu yang lama dalam pemanfaatannya.
Mas Guris mengungkapkan lagi,“Jika Kamu hendak memelihara kuda, hendaklah Kamu paham betul kapan kuda tersebut harus kerja dan kapan pula kuda tersebut harus istirahat. Untuk perharinya, butuh satu karung rumput per ekor. Suplemennya air kedelai -pada pembuatan tempe- agar kuda  lebih sehat dan kuat...”
Ingat, tidak selamanya alat transportasi tradisional -yang dalam hal ini adalah kuda- bisa dikatakan ketinggalan jaman. Apalagi kalau dilatarbelakangi faktor gengsi, maka perlu kita mengoreksi kembali. Lihatlah para joki -penunggang kuda- nyatanya mereka nampak gagah dan hebat ketika menunggangi kudanya. Pun sebenarnya aplikasi dari penggunaan kuda tidak hanya sebatas andong. Sekarang ini, kuda digunakan juga untuk acara-acara konfoi, pawai, sirkus, dan lomba kejuaraan olahraga pacu kuda. Bahkan oleh negara tertentu (Roma, Mesir, dll) sebagai kendaraan bagi  polisi dalam menjalankan tugas pentingnya. Bayangkan saja pasti kita juga sangat gagah ketika mengendarai kuda tersebut.
Di balik semua itu, yang terpenting dari semua ini, memilih kuda merupakan solusi yang efektif untuk menjalani hidup secara sehat dan segar. Membudidayakannya berarti mengurangi kendaraan bermotor yang beredar. Membudayakan penggunaannya berarti mencegah berkembangnya global warming secara nyata. Bebaskanlah diri kita dari belenggu-belenggu dan ancaman akan masa depan. Sudah saatnya kita mulai memilih kuda sebagai alat transportasi.
Paculah kuda kita, Selamatkanlah bumi kita!
 SALAM BIGAR!!!












Putraningsun Sastra


Dening: Ki Aros Djoangkoe



Gusti Alloh, maberkah gua garbaku
Putraningsun sastra
Gesanging anaung bumi
Arupa margi dados sejatos jalma



Wus kacarita saka babat kadulu
Sastra bubar basa
Medara sajroning ati
Basa kang endah, mratelakaken rasa



Amargi urip iku tan grusa-grusu
Santunipun lisan
Kang aran paramengkawi
Ndang maju siro kanthi kawicaksanan



Aduh biyung aku bingung iyung-iyung
Generasi muda
Dados buntutipun iblis
Anggluyur jempara-jemparing angkara



Generasi muda ayo ngangsu ngilmu
Sregep nyang sekolah
Aja mung preduli biji
Sangu sastra anyengkuyung Nuswantara



Kanti serating macapat iki pucung
Pangajak prakanca
Lelana ngancik lelangit
Alaming ngawang pinuju Gusti Alloh
                                                               

Muntilan, 31 Juli 2011