Halaman

Minggu, 06 November 2011

Paculah Kuda Kita, Selamatkanlah Bumi Kita!


Paculah Kuda Kita, Selamatkanlah Bumi Kita!
 Oleh: Aros Djoangkoe


Dan (Dia telah menciptakan) kuda,  bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. ( An Nahl 8 )

Bukan opini lagi jika akhir-akhir ini bumi sedang dalam keadaan memanas. Itu global warming; isu yang malah sudah tidak nge-tren lagi. Tetapi masih saja terasa sekali  dampaknya yang luar biasa itu sampai hari ini. Dan belum ada yang berhasil menyelesaikannya.
 Latar belakang  dari semua ini yaitu karena adanya gas-gas rumah kaca yang berlebihan di bumi, seperti uap air, karbon dioksida, dan metana. Gas-gas tadi memenjarakan panas matahari. Kemudian panas tersebut akan selalu menetap di bumi dikarenakan gagal pindah ke angkasa luar. Alhasil, seiring berjalannya waktu maka suhu di muka bumi semakin berjalan meningkat. Nyatanya memang suhu rata-rata selama seratus tahun terakhir ini telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) .
Ini lebih hebat  daripada  rasa gerah yang kita derita  sekarang ini, sebab di bumi kita sedang berlangsung fenomena dahsyat. Kenaikan suhu mampu menimbulkan iklim yang abnormal dan tidak stabil, pun kutub utara sedang giat  mencair, muka air laut juga meningkat. Dampak sambungannya muncullah berbagai jenis penyakit, dan ada gangguan biotik karena adaptasi flora dan fauna yang tidak berhasil, dan lain-lain.
Kita manusia, tidak sedang hidup di dunia hampa. Ini bumi, tempat kita berdiam diri. Antara kita dan lingkungan alam dikaitkan suatu tali yang memberikan hubungan timbal balik. Kita memang tidak bisa hidup tanpa kehadiran alam. Logisnya, jika bumi menderita sakit, maka kita pasti akan merasakannya juga. Jika kita menganggap masa bodoh soal global warming, tentu saja manusia bumi akan digiring menuju kematiannya. Kalau sudah begini, kita jangan bicara lagi soal eksistensi manusia sebagai makhluk bumi.
 Oleh karena itu, tidak boleh jika kita hanya diam berpangku tangan dan pasrah  saja, apalagi malah ditambahi dengan tindakan merusak!


#       #       #


Mengenai gas-gas rumah kaca tadi, sumber utamanya tidak lain karena konsumsi bahan bakar fosil.  Bahan bakar fosil diantaranya bensin, solar, premium, pertamax, parafin, aspal, dan lain-lain. Jika kita berbicara mengenai bahan bakar fosil, secara otomatis pikiran kita pasti akan tertuju pada sektor transportasi, yaitu penggunaan kendaraan bermotor. Memang benar, kendaraan  bermotor (sepeda motor, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain) memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil. Tanpa bahan bakar fosil, ya kendaraan tersebut tidak bisa dijalankan.
Hendaknya mari kita coba sejenak mengarahkan pandang kita ke jalanan. Di sana ada banyak sekali kendaraan berseliweran..
Angkutan umum sendiri selama ini merupakan cara yang strategis dalam rangka menghemat bahan bakar fosil. Seharusnya hal ini perlu didukung dengan mendayagunakannya.
Selama ini penulis biasa naik angkutan umum ketika hendak menggapai sekolah. Dari sanalah penulis banyak berdialog dengan sopir, kondektur, dan penggujna jalan lainnya. Sepanjang dialog, utamanya penulis mengarahkannya untuk berbicara babagan siang yang panas, ramainya jalan dengan kendaraan bermotor yang melimpah ruah, tarif angkutan umum, jumlah penumpang, anak-anak sekolah, dan lain-lain.
Keluhan yang datang dari sopir dan kondektur bahwa setiap harinya mereka menderita kesepian karena sedikitnya penumpang. Pun mereka harus membayar sewa mobil, makan, mencukupi kebutuhan, dan menghidupi keluarganya. Alhamdulillah jika bisa pas-pasan. Semua ini disebabkan karena kebanyakan penumpang kini beralih dengan kendaraan pribadi. Karenanya  jalanan (di kota-kota) sampai bisa terjadi kemacetan  panjang. Dan membludak. Sepeda motor dan mobil pribadi luber memenuhi jalanan.
Dengan pengamatan kasarpun, sepeda motorlah yang paling berkuasa jumlahnya di negara kita, Indonesia. Fakta membuktikan bahwa di Jakarta –sebagai tolak ukur- tahun ini jumlah kendaraan yang ada, mencapai 11.362.396 unit kendaraan. Terdiri dari 8.244.346 unit kendaraan roda dua dan 3.118.050 unit kendaraan roda empat.Keinginan warga Jakarta untuk membeli kendaraan bermotor diprediksi akan meningkat pada tahun 2011 (data dari Polda Metro Jaya). Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan pakar transportasi ITS Surabaya, Hitapriya Suprayitno, diperkirakan jumlah kepemilikan sepeda motor akan semakin meningkat setiap tahunnya. Distribusi sepeda motor tak pernah mengenal kata krisis, bahkan menurut survei komisi kepolisian Indonesia pada tahun 1998 ketika pasar otomotif terpuruk akibat krisis moneter, pasar sepeda motor tetap tumbuh. Rata – rata pertambahan sepeda motor di Indonesia mencapai 5 juta unit per tahunnya. Astaga!
Berbagai faktor mudahnya penyebaran sepeda motor yaitu karena tuntutan kebutuhan, angkutan umum kini kurang diminati, hanya untuk jalan-jalan, atau sekedar bergaya (gengsi). Faktor luar berupa pabrik-pabrik otomotif yang selalu mengeluarkan inovasi baru, promosi dan diskon besar-besaran, serta dengan harga  yang semakin menggiurkan. Hal itulah yang kini menjadikan sepeda motor diproduksi secara besar-besaran.
Sepeda motor memang sudah menjadi barang umum. Malah anak-anak mudalah yang biasa menggunakannya –entah untuk apa-, dan banyak dari mereka ngebut, menyalib sembarangan di jalanan, main balap juga, tidak memakai helm, bahkan masih ada banyak yang belum memegang SIM, dan lain-lain. Itu sangat berbahaya. Tidak diherankan kalau sektor transportasi lah yang menjadi rangking pertama penyebab kecelakaan. Seperti ucapan  penulis buku 'Hiruk Pikuk Bersepeda Motor, Edo Rusyanto di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (12/1/2011). “Kecelakaan di sepeda motor makin menggila, dan telah menimbulkan banyak korban. Korban kecelakan lalu lintas di tahun 2009 ada 18 ribu korban jiwa. Meski di tahun 2010 polisi mengklaim angka itu menurun menjadi 10 ribu."
Segala polemik pada sektor transportasi seperti yang diuraikan tadi bahwa     --dengan kata lain-- kita sedang mencekik diri sendiri!

#       #       #
.  .
  .
Urusan global warming, gas-gas rumah kaca, sampai perihal sepeda motor memang sangatlah rumit. Kita memerlukan kendaraan (sepeda motor), tetapi di sisi lain keperluan kita itu dapat melahirkan global warming. Kita juga tidak boleh jika hanya pasrah dan diam saja menunggu panas merajai kita. Sudah seharusnya kita kembali ke alam; hidup berdampingan dengan lingkungan dan tanpa  ada gangguan kesenjangan.
Cobalah kita refresh lalu buka mata selebar-lebarnya…! Ehm. Kita mengenal KUDA, bukan? K-U-D-A. Itulah energi gerak yang alami.
Selama ini, kuda lebih dikenal sebagai alat transportasi kuno (baca: tradisional). Menurut penemuan terbaru oleh Jurnal Ilmu Pengetahuan Internasional, kuda sudah dimanfaatkan manusia sejak 5500 tahun lalu. Hal itu diketahui dengan ditemukannya ukiran batu di negara Kazakhstan. Sedangkan di Romawi, ada patung kuda sebagai simbol kejayaan. Dengan memanfaatkan kuda, masyarakat zaman dahulu bisa berkeliling ke daerah lain untuk menyebarkan budayanya dan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh atau hewan buas. Alat transportasi tradisional lain yang kita kenal seperti unta, gajah, bagal, keledai, dll. Ada lagi sepeda onthel, becak, gerobak, andong, dokar, dan lain-lain.
Kuda memiliki tubuh yang kekar, kuat, besar, dan tinggi. Berkaki empat. Rambut panjangnya ada di bagian belakang kepala dan turun sampai leher. Hewan ini juga memiliki ekor yang panjang. Kebiasaannya mengendus dan sesekali mengeluarkan bekernya  mencerminkan kegagahan.
Pada masa sekarang, turunan (evolusi) dari Eohippus ini semakin langka dimakan modernisasi. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, kuda ini sudah dipensiunkan kerjanya, diganti dengan adanya kendaraan bermotor (yang sudah kita bahas di atas tadi). Padahal, kuda sangatlah ramah lingkungan, alami.
Kita tentu mengetahui, kuda merupakan hewan herbivora sehingga hanya butuh rumput untuk konsumsi setiap harinya. Tidak perlu bahan  bakar fosil lagi. Mengenai sampahnya, itu sepenuhnya merupakan zat sisa organik sehingga kita bisa juga  mengolahnya menjadi pupuk kandang atau biogas.
Sedang kita juga mengetahui, Indonesia merupakan negara tropis sehingga rumput mudah di dapat di sini.Tidak perlu mengeluarkan kocek lagi. (Kalau pun  membeli harganya juga cukup terjangkau oleh kantong kita.) Mengenai harga kuda sendiri, kita akan lebih hemat  5 kali daripada membeli sepeda motor.
Penulis pernah mewawancarai Mas Guris, pengemudi andong di Desa Sokorini, Kec.Muntilan, Kab. Magelang. Katanya, kuda mulai boleh diperkerjakan jika sudah mencukupi sekitar dua tahun umurnya, dan harus dibebastugaskan jika sudah mencapai umur lima belas tahunan.Dua belas tahun merupakan waktu yang lama dalam pemanfaatannya.
Mas Guris mengungkapkan lagi,“Jika Kamu hendak memelihara kuda, hendaklah Kamu paham betul kapan kuda tersebut harus kerja dan kapan pula kuda tersebut harus istirahat. Untuk perharinya, butuh satu karung rumput per ekor. Suplemennya air kedelai -pada pembuatan tempe- agar kuda  lebih sehat dan kuat...”
Ingat, tidak selamanya alat transportasi tradisional -yang dalam hal ini adalah kuda- bisa dikatakan ketinggalan jaman. Apalagi kalau dilatarbelakangi faktor gengsi, maka perlu kita mengoreksi kembali. Lihatlah para joki -penunggang kuda- nyatanya mereka nampak gagah dan hebat ketika menunggangi kudanya. Pun sebenarnya aplikasi dari penggunaan kuda tidak hanya sebatas andong. Sekarang ini, kuda digunakan juga untuk acara-acara konfoi, pawai, sirkus, dan lomba kejuaraan olahraga pacu kuda. Bahkan oleh negara tertentu (Roma, Mesir, dll) sebagai kendaraan bagi  polisi dalam menjalankan tugas pentingnya. Bayangkan saja pasti kita juga sangat gagah ketika mengendarai kuda tersebut.
Di balik semua itu, yang terpenting dari semua ini, memilih kuda merupakan solusi yang efektif untuk menjalani hidup secara sehat dan segar. Membudidayakannya berarti mengurangi kendaraan bermotor yang beredar. Membudayakan penggunaannya berarti mencegah berkembangnya global warming secara nyata. Bebaskanlah diri kita dari belenggu-belenggu dan ancaman akan masa depan. Sudah saatnya kita mulai memilih kuda sebagai alat transportasi.
Paculah kuda kita, Selamatkanlah bumi kita!
 SALAM BIGAR!!!












0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar