Halaman

Minggu, 06 November 2011

Dari Valentine's Day Sampai Seks Bebas




Oleh:
Aros Djoangkoe



14 Februari; suatu hari yang menggemparkan! Semua tentu sudah tahu, itu merupakan Valentine's Day! Hari Kasih Sayang, nama lainnya. Katanya, pada hari ituorang-orang saling mengungkapkan rasa sayangnya(dengan berbagi kado dan coklat). Utamanya perayaan ini dilakukan oleh anak muda. Sekarang ini, budaya barat tersebut juga dilakukan oleh orang-orang timur. Di Indonesia, perayaan Valentine's Day juga sudah menjamur dan membudaya. Agen yang menggembor-gemborkan utamanya media massa.
Bukan opini lagi jika bangsa Indonesia di mata bangsa lain terkenal karena budi pekertinya yang luhur. Memang sudah sepantasnya kita ini menjadi bangsa yang gemah ripah loh jinawi
saling tolong menolong, menyayangi satu sama lain, dan bisa menjaga terhadap ssesama. Menurut hemat saya, Indonesia sudah hebat jika sifat tersebut diterapkan secara nyata.
Malangnya, acara semacam Valentine's Day malah bisa menjadikan budaya dan peradaban bangsa kita di ujung tanduk. Pasalnya, adanya Valentine's Day diboncengi dengan budaya barat yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa, seperti maraknya seks bebas, hedonisme dengan pesta besar-besaran, mabuk-mabukan, dll.
Hal ini kemudian menjadi masalah yang sangat serius sebab perayaan ini utamanya di meriahkan oleh generasi muda kita. Mereka ini salah konsep mengenai kasih sayang dan cinta. Hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi tabu rancu.Nilai dan norma yang ada diterjang begitu saja.-Karena itu jugalah muncul hubungan ilegal yang dinamai 'pacaran' dan menjadi umum ada di masyarakat. Legalnya ya nikah!-.
Maka, biasanya pada malam hari tanggal 14 Februari itu mereka keluar rumah untuk merayakan Valentine's Day. Mereka berkumpul dengan teman-temannya untuk pesta dan bersenang-senang. Tidak jarang ada yang mengkonsumsi miras dan narkoba secara berramai-ramai.Yang lebih romantis yaitu ketika mereka keluar rumah untuk bertemu dengan pacarnya. Berdua-duaan dan biasanya lebih menjorok ke mesum!
Artikel ini sungguh tidak hiperbola. Seks bebas nyata 'ngeri' adanya. Seperti yang terungkapdari hasil observasi Badan Koordinasi KB Nasional bahwa sulit sekali menemukan remaja putri di kota-kota besar yang masih perawan. Hal itu dikarenakan setengah dari remaja umur 13 sampai dengan 18 tahun sudah melakukan seks pranikah (Jawa Pos, 29 Nopember 2010). Astaga!
Adalagi dari negara serumpun kita-yang memiliki budaya hampir sama: TRIBUNNEWS.COM -Sedikitnya 80 pria dan wanita Muslim ditangkap setelah dirazia dan tertangkap basah sedang ngeseks dalam operasi yang disebut operasi Valentine’s Day di Selangor dan Kuala Lumpur, Malaysia. Demikian dilansir The Star dan dikutipTribunnews.com, Selasa (15/2/2011).

Di lingkungan sosial penulis sendiri, sudah banyak fenomena yang mengerikan. Para generasi muda terlalu biasa untuk berbicara kotor dan ngeres. Penulis banyak menjumpai siswa-siswi yang berani pegang-pegangan di lingkungan sekolah. Pernah juga bertemu dengan A yang sedang mesum; duduk berdua-duaan sambil merangkul erat lawan jenisnya di emperan rumah warga. Tak lama kemudian warga mengetahuinya. Ia dikejar dan dicari identitasnya, tetapi -seperti yang ia ceritakan padaku-, ia berhasil lolos. Dasar!
Ada lagi B yang sedang berkunjung ke rumahku dan sudah berani membawa 'kondom'
untuk entah. Lainnya, pernah ada gosip bahwa C pernah masuk ke WC sekolah dengan lawan jenisnya. Bahkan ketika suatu hari saya berbicara tentang pantai kepada D, stanpa basa-basi ia pernah melakukan seks bebas di Pantai Parangtritis. Dan masih banyak lagi faktanya.
Inikah kemajuan?Di manakah agama? Di mana juga muka bangsa Indonesia?
Valentine's day itu merupakan produk barat terkait kisah legenda Santo Valentine -paling populer-. Ia ini merupakan pendeta Romawi abad III, hidup di bawah pimpinan Raja Claudius II. Ketika kerajaan hampir runtuh dikarenakan pemberontakan-pemberontakan di banyak daerah, para pemuda direkrut untuk maju berperang. Mereka dilarang melakukan hubungan cinta, pertunangan, dan pernikahan. Valentine menolak itu sehingga ia sebagai pendeta tetap menikahkan para pemuda secara rahasia. Tetapi pada suatu hari ia ketahuan, sehingga ia dipenjara.
Di sanalah kemudian ia bertemu dengan Julia si buta. Ia mengajarinya agama dan sejarah dan berusaha menyembuhkan penyakit butanya itu. Sampai Valentine dihukum mati (penggal kepala), ia belum sempat berpamitan kepada Julia. Kata rerakhir pada suratnya kemudian menjadi populer, "Dengan cinta Valentine-mu." 14 Februari (1269) sendiri merupakan hari meninggalnya Valentine.
Begitulah. Sudah tentu pendeta tersebut memiliki hati yang mulia. Ia lebih memilih untuk menikahkan para pemuda daripada terjadi seks bebas. Valentine's Day yang sekarang nyatanya tidak pas dengan sifat dan perilaku Santo Valentine. Bukan merupakan perwujudannya lagi.
Zaman ini memanglah zaman krisis,Generasi muda sebagai agen perubahan hendaknya mampu menjaga dirinya dan menunjukkan jati diri bangsa Indonesia yang sesungghnya. Melejitkan potensi dan terus berkembang maju. Jadi, langkah awal untuk ini yaitu mari SAY NO TO VALENTINE’S DAY!!!
Salam REVOLUSI!






















Data Diri
Nama                                       : Ahmad Pujianto
Sekolah                       : SMA N I Muntilan, Kab. Magelang
No. HP                                    : 081804342237/ (0293)9126293
Email                           : puji_mustaq@yahoo.com
Akun fb                       : puji_mustaq@yahoo.com / Mas Penulis Muda

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar